Ikan itu meliuk-liuk di sebuah akuarium. Sisik-sisiknya yang
bulat besar itu tampak mengkilap dengan warna merah menyala. Gerakan dan
keindahan tubuhnya menyita perhatian banyak orang. Itulah arwana super red atau
ikan siluk.
Sosoknya yang gagah dan indah membuat ikan ini sangat
populer. Banyak orang ingin mengoleksinya. Harganya pun bisa mencapai puluhan
bahkan ratusan juta rupiah. Arwana merah super ini memang sudah sejak lama menjadi komoditi andalan ekspor
ikan hias air tawar bagi Indonesia. Kehadirannya selalu diburu. Akibatnya,
populasi di alam pun menurun drastis.
Ikan cantik yang biasanya mudah ditemui di Sungai Kapuas,
Kalimantan Barat (Kalbar) ini semakin berkurang. Wajar kalau ikan ini lalu
dikategorikan sebagai ikan langka dan dilindungi.Berdasarkan aturan CITES (organisasi internasional yang
mengatur perdagangan flora dan fauna yang terancam kepunahan), ikan arwana
masuk dalam Appendix II. Itu artinya ikan hias ini hanya boleh diperdagangkan
dari hasil penangkaran atau budidaya. Tidak boleh dari hasil tangkapan alam. Persoalannya, hingga kini tidak banyak orang yang tertarik
dalam bisnis penangkaran ikan arwana. Maklum, ikan ini hanya bisa
dikembangbiakan dengan cara alami. Artinya, si penangkar harus bisa membuat lingkungan
tempat penangkaran serupa dengan habitat asli ikan ini. Fakta membuktikan,
penangkaran ikan arwana paling banyak berhasil terjadi di Kalbar.
Kunci Keberhasilan
Menurut ahli penangkaran ikan arwana asal Pontianak, Kalbar, Jayadi Arya
Kusuma, menipisnya populasi ikan arwana di habitat aslinya membuat para
penangkar menggunakan indukan arwana dari hasil penangkaran (F2 dan
seterusnya). “Kunci keberhasilan menangkarkan arwana adalah menciptakan
lingkungan yang cocok,” ujar Jayadi kepada Samudra. Ia menjelaskan,
penangkaran secara alami bisa dilakukan dalam kolam pemijahan. Idealnya kolam
pemijahan itu berukuran panjang 15 m, lebar 10 m, dan kedalaman minimal 2 m.
Dasar kolam harus tanah, dan pinggiran kolam ditutup dengan papan. Tingkat
keasaman (pH) air alam kolam idealnya berkisar antara 5,5 sampai 6. Kondisi ini
sesuai dengan air Sungai Kapuas. Bukan apa-apa, air sungai tersebut berasal
dari lahan gambut sehingga tingkat keasaman airnya sesuai dengan habitat asli
arwana. Setiap kolam pemijahan bisa diisi indukan arwana 30 sampai 40 ekor.
Ukuran indukan arwana idealnya memiliki panjang 40 – 60 cm. Umur indukan
biasanya3 - 4 tahun.
Jangan lupa memberi pakan setiap sore. Bisa berupa kodok, jangkrik, atau udang
hidup. penebaran pakan dilakukan dari tempat khusus yang lebih tinggi.
Arwana melakukan pembuahan secara eksternal atau di luar
tubuh indukan. Satu ekor induk arwana betina bisa menghasilkan 40 – 70 ekor
anakan. Dalam satu tahun ikan arwana bisa memijah hingga 2 kali, terutama saat
panca roba atau peralihan musim. Setiap bulan indukan betina dicek apakah sudah memijah atau belum. Setelah
bertelur, induk betina dan jantan secara bergantian menjaga atau menginang
telur-telur tersebut ke dalam mulut mereka. Selama menginang telur, indukan
arwana tidak makan. Ikan ini bisa kuat tidak makan selama 1 bulan. Telur yang dierami dipindahkan ke dalam akuarium perawatan
dengan cara menangkap indukan secara perlahan dengan jaring dan mengeluarkan
telur-telur tersebut dari mulut induknya. Biasanya umur telur yang dipindahkan
itu sekitar 1 bulan. Tunggulah sampai menetas. Kuning telur masih tampak menempel di bagian bawah dada
anakan arwana saat dipisahkan dari induknya. Selama sekitar 40 hari anakan
tersebut tidak perlu diberi pakan karena ikan-ikan kecil itu masih memiliki
sisa makanan berupa kuning telur tadi. Selama proses pemeliharaan anakan
tersebut, sirkulasi air, keasaman, dan kadar oksigen (6-8 ppm) dalam air harus
benar-benar diperhatikan. Jangan sampai kuning telur tersebut pecah. Setelah
kuning telur habis anakan arwana baru bisa berenang bebas. Inilah waktu untuk
memberinya pakan. Pakannya bisa berupa daging katak rucah atau anak ikan mas.
Tingkat
Keberhasilan 99 % Menurut Jayadim, tingkat daya tahan hidup anakan arwana hasil
penangkaran dapat mencapai 99 %. Coba bandingkan dengan proses penetasan di
alam yang hanya berhasil 10 %. Setiap anakan berukuran panjang 12-15 cm sudah bisa diekspor
dengan harga sekitar Rp 7 juta per ekor. Kalau calon indukan harganya lebih
mahal lagi, sekitar Rp 8 juta sampai Rp 10 juta. Sedangkan harga indukan bisa
mencapai Rp 40 juta per ekor. Umur ikan arwana bisa mencapai 30 – 40 tahun. Soal harga arwana super red, sangat tergantung kualitasnya.
Keindahan warna sisiknya, bentuk sendok kepalanya, bentuk badan dan ekornya
menentukan nilai jualnya. Ikan-ikan ini biasanya diekspor ke Singapura,
Filipina, Vietnam, Taiwan, dan Kanada. Sebelum dipasarkan, semua ikan arwana
super red diberi mikrochip sebagai nomor identitasnya. Mikrochip dimasukkan
dengan cara disuntikkan ke dalam tubuh ikan arwana. Sebelum mikrochip
dimasukkan, ikan dibius dulu.
Menurut
Jayadi, saat ini di Kalbar ada sekitar 80 penangkar ikan arwana yang memiiki
izin esmi. Setiap penangkar mampu mengekspor arwana sekitar 200 ekor per bulan
dengan berbagai ukuran. Sudah bisa dibayangkan, betapa makmurnya para penangkar
itu. Tingkat kesulitan dan lamanya waktu
penangkaran sesuai dengan nilai jualnya.
Terlepas dari hal itu, banyaknya penangkaran arwana ini di sisi lain juga dapat melestarikan ikan yang sudah mulai langka ini.